Makalah
Tutorial Herpetologi
Classis
Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela
Oleh :
Nama : M Nuruzzaman
NIM : B1J013050
Kelas : B
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
PENDAHULUAN
Amfibi
merupakan kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000
spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini
berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi
memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup
di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan
pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan
di atas daratan (Hadi, 2001).
Amfibi
dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat
yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di
daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun
amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya
mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah
hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa
memiliki sumber air tetap (Anwar, 1988).
Sampai saat ini tercatat
sekitar 50 spesies sesilia yang termasuk dalam ordo Gymnophiona. Sesilia
dicirikan denga bentuk tubuh panjang mirip cacing dan kebanyakan ditemukan di
Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Selatan. Alih-alih menyerupai bentuk amfibi
pada umumnya, sesilia memiliki bentuk tubuh mirip belut atau cacing tanah.
Sesilia hidup di bawah tanah dan di air serta memiliki tengkorak kuat yang
memungkinkan mereka menggali jauh ke dalam tanah. Hidup di dalam tanah membuat
sesilia jarang terlihat. Sesilia memiliki mata yang hampir tidak berfungsi,
hanya seperti titik pada kepala.
Urodela
merupakan ordo dari classis Amphibia yang memiliki sekitar 500 spesies tersebar
terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah
(Cina, Jepang) dan Eropa. Urodela juga dinamakan sebagai Caudata. Istilah
‘Caudata’ berasal dari kata Latin Cauda yang berarti ekor. Ini menyiratkan
bahwa spesies di bawah kategori ini memiliki ekor. Ekor Caudata hampir sama
dengan panjang tubuh, dan pada beberapa spesies seperti Oedipina, memiliki ekor
yang sangat panjang. Ekor yang berkembang baik memungkinkan Caudata berenang
dengan baik pula. Urodela/Caudata juga memiliki empat kaki yang digunakan untuk
berjalan dengan pengecualian sirene yang tidak memiliki kaki belakang. Berbeda
dengan Anura, spesies ini tidak dapat melompat melainkan hanya dapat berjalan.
Caudata bervariasi dalam ukuran. Andrias davidanius merupakan Caudata dengan
ukuran mencapai 1,8 meter dan merupakan amfibi terbesar. Salamander, kadal air,
waterdogs, mudpuppies, sirene, dan amphiuma adalah contoh spesies dalam ordo
Urodela.
PEMBAHASAN
Ordo Gymnophiona
Gymnophiona
terdiri dari hewan-hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang
dan juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hábitat tropis. Sebagian
besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di bawah tanah atau di dalam
air sehingga cukup sulit untuk dipelajari (Pough et al., 1998).
Nama
lain dari Gymnophiona adalah Apoda/Caecilian. Istilah Apoda berasal dari kata
”a” berarti ”tidak” dan ”poda” yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”. Sehingga
apoda dapat diartikan tubuh tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini
adalah tubuhnya gilig memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak
memiliki tympanum, extremitasnya mereduksi dan memiliki mata yang kecil sekali
tertutup oleh kulit atau tulang serta paru-paru kiri biasanya
mereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip sekali dengan cacing. Bedanya
yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan sepasang tentakel kecil. Tentakel
terletak diantara mata dan nostril yang berfungsi sebagai alat sensori
(kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah meliang didalam tanah lembek atau
didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada yang diketahui vivipar. Fertilisasi
internal (phallodeum). Spesies jantan memiliki alat kopulasi. Embrio
Gymnophiona memiliki insang external. Gymnophiona tersebar di Borneo, Jawa,
sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama yang dipakai utama untuk identifikasi
Gymnophiona antara lain: jumlah annuli, jumlah gigi, warna tubuh, garis
lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).
Ordo ini terdapat 33 genera dan sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya antara lain
tubuh memanjang, tidak berkaki, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen
(memiliki annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah. Apoda memiliki
ekor kecil atau sama sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali
(biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang
keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang
mereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies
yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ
yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung
(Bonine et al., 2004).
Gymnophiona
memiliki warna coklat atau biru keunguan. Gymnophiona tidak semua memiliki
garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai
terputus-putus. Garislateral ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel
kecil sekali dan berada di antara mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh
Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di
belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian
atas mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth
dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary
teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough
et al., 1998).
Klasifikasi
Ordo Gymnophiona:
Kingdom : Animalia
Philum : Chordata
Class : Amphibia
Order : Gymnophiona
Family : Ichthyophiidae
Caeciliidae
Ordo Gymnophiona terdiri atas 10
famili dengan total spesies mencapai 200 jenis. Amfibi anggota ordo Gymnophiona
yang hidup di Indonesia (pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat 2
famili, yaitu:
Family
Caeciliaidae
Family
Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona.
Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran
geografinya antara lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau
Seychelle dan India. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan
Siphonopinae yang telah dikenali oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua
anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies
mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan
tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada
beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang
lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi
oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat
atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat
dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga
tengah terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).
Anggota
Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan
ada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang
biak dengan cara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan
memiliki larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat
parental care berupa penjagaan telur (Zug, 1993).
Anggota
Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul
ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari
Typhlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah
moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki
sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang.
Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange,
kuning atau pink (Pough et al., 1998).
Family
Ichthyophiidae
Spesies-spesies
dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap
yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal.
Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril
akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm.
Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang
dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et
al., 1998).
Daerah
persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama
Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia
dan Ichthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998). Anggota family
ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi
oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove
kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat
ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota
family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit.
Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya
lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari
family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam
liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan
merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
Beberapa
jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di Indonesia antara
lain:
Indonesia
Caecilian (Ichthyophis bernisi)
Billiton
Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
Elongated
Caecilian (Ichthyophis elongatus)
Javan
Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
Java
Caecilian (Ichthyophis javanicus)
Black
Caecilian (Ichthyophis monochrous)
Kapahiang
Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
Yellow-banded
Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
Sumatra
Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
Ordo
Urodela
Urodela merupakan salah satu ordo
dari class Amphibia. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai
anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan
antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya
bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan
pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa.
Contoh
dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara umum morfologinya mirip
kadal, tetrapoda dan berekor panjang. Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari
pada bagian depan dan 5 jari pada bagian belakang (seperti amphibi pada
umumnya). Memiliki kulit yang lembab membuat salamander lebih suka hidup
ditempat yang tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang
basah. Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl) saat
berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander memiliki
tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki
empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies aquatik jelas sekali
mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi
Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis
(adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Bentuk
tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk
mengidentifikasi. Kebanyakan family dari urodela terdapat di amerika dan tidak
terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada
yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri
yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang
dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Reproduksi
Urodela
Sistem
Genitalia Jantan
Testis
berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium.
Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga
abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen
dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka,
duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula
seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya
saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang
meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus
wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal.
Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
Pada
urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan
lebih kompak. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan
yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009).
Sistem
Genitalia Betina
Ovarium
berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna
kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari
plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium
digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan
saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong
(infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah
kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus dan akhirnya bermuara
di kloaka.
Pembuahan Eksternal
Sistem
reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya
penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan
eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan
terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, A.1988.
Ringkasan Biologi. Bandung : Ganeca exact bandung.
Hadi, S.
2001. Avertebrata dan Vertebrata .Jakarta: Erlangga.
Pough,
F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131.
Anton.
2009. Biology. Academic Press. London, Pp: 336 - 345.
Silahkan download Makalah lengkapnya DISINI