Sunday, 17 April 2016

Laporan Praktikum Herpetologi ( Classis Amphibia)




CLASSIS AMPHIBIA






 

Oleh :
Nama                       : M Nuruzzaman
NIM                         : B1J013050
Rombongan             : II
Kelompok                : 1
Asisten                     : Kamilah Dwi Septiani




LAPORAN PRAKTIKUM HERPETOLOGI




KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar (Jasin, 1989).
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang cukup besar dan paling dikenal.Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas yaitu kepala, badan, dan ekor.Kepala dengan rangka dalam, cranium, di dalamnya terdapat otak, karena mempunyai cranium. Vertebrata terbagi menjadi enam kelas, yaitu kelas Cyclostomata, kelas Pisces, Kelas Amfibi, kelas Reptilia, kelas Aves, dan kelas Mamalia (Anwar, 1988).
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri.Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan.Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang.Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan (Hadi, 2001).
            Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap. Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda contohnya Caecilia, Urodela contohnya Salamander, dan Anura contohnya katak dan kodok (Anwar, 1988).
B. Tujuan
1.      Mengenal beberapa jenis berudu anggota ordo Anura.
2.      Mempelajari karakter penting dalam identifikasi berudu.
3.      Mengenal beberapa anggota ordo Anura.
4.      Mempelajari karakter penting dalam identifikasi anggota ordo Anura.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat.Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.Fase dewasa amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang (Anwar, 1988).
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Beberapa bagian dari tractus digestoria mempunyai struktur dan ukuruan yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Mulai dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagues yang menghasilkan sekresi alkalis (basis) dan mendorong makanan masuk dalam fentriculus yang berfungsi sebagai gudang percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar disebut cardiarc, sedangkan bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan katalisator. Tiap-tiap enzim merubah sekelompok zat makanan manjadi ikatan-ikatan yang lebih sederhana (Dinesh et al., 2009).
Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel. Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru-paru. Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang disebut hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat mengaktifakan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifakan bermacam-macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk (Anwar, 1988).
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Reproduksi eksternal dilakukan pada air dengan keadaan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya (Das and Dutta, 2006).
Amphibi dikelompokkan menjadi Caudata, Gymnophiona, dan Anura. Ordo Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda.Tubuh menyerupai cacing yaitu gilig, bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik..
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae (Mayr, 1969).

III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Classis Amphibia adalah bak preparat, lateks,  pinset, millimeter block dan alat tulis.
Bahan-bahan yang di gunakan adalah Rachoporus renwardtii, Rana calconata, Polypedates leucomistax, Bufo asper, Bufo melanosticus.
                                                                          B. Metode                                      
            Metode yang dilakukandalampraktikumantara lain:
A.    Pengamatan Spesimen Berudu
1.      Menyiapkan mikroskop stereo dan cawan petri.
2.      Berudu dikeluarkan dari botol dengan pinset secara hati-hati, kemudian diletakkan pada cawan petri.
3.      Mengamati berudu dengan mikroskop stereo dan difoto (jika perlu).
4.      Informasi dicatat pada buku dan dicocokkan pada kunci identifikasi yang ada.
B.     Pengamatan Spesimen Ordo Anura
1.      Spesimen katak diletakkan pada kertas millimeter, kemudian diambil beberapa foto (dorsal, ventral).
2.      Spesimen diukur SVL dan diamati beberapa karakter, antara lain: postur tubuh, corak warna, (specimen hidup), karakter kepala, tungkai jari.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Tabel 1. Data morfometri berudu dari akuarium
Keterangan
Ukuran
BH (Maximum body height)
0,6 cm
BW (Maximum body weight)
0,9 cm
DPG (Length in transversal plan of dorsal papillae)
-
ED (Maximum eye diameter)
0,2 cm
HT (Maximum tail height)
0,8 cm
LF (Maximum height of lower tail fin)
0,4 cm
UF (Maximum height of upper tail fin)
0,3 cm
TL (Total length)
4,2 cm
SVL (Snout-vent length)
1,8 cm
VT (distance from opening of vent-tip of tail)
2,4 cm
SS (distance from tip of snout-opening of spiracle)
0,8 cm
SU (distance from tip of snout-insertion of upper tail fin)
1,5 cm
NN (Internarial distance )
0,3 cm
NP (naro-pupillar distance)
0,4 cm
PP (Interpupillar distance)
0,6 cm
RN (Rostro-narial distance)
0,2 cm
Deskripsi berudu:
Tipe mata           : Mata di bagian lateral
Tipe ekor            : Saddied
Tipe vent            : Dextral vent
Ekor                   : Pipih berselaput
Tipe spirakel       : Sinistral (di sebelah kiri tubuh)
Warna                 : Kecoklatan
Ukuran                           : Kecil
Rumus geligi      : I + 3-3 / III
Kerahrak paruh  : Lebar
Tipe paruh          : Medium
Pelebaran paruh : Marginal
Bentuk tepi mulut: Emarginate

B. Pembahasan
 
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan :   Animalia
Filum      :   Chordata
Kelas       :   Amphibia
Ordo        :  Anura
Famili      :  Rhacophoridae
Genus      :  Rhacophorus;
Spesies    :  Rhacophorus reinwardtii;
Katak ini merupakan katak pohon berukuran kecil sampai sedang yang berwarna hijau dngan sebagian samping, bagian bawah, kaki depan dan kaki belakang berwarna kuning sampai jingga. Tekstur kulit umumnya halus dan mengkilat. Jari kaki depan dan belakang berselaput dengan ujung jarinya membesar.
Polypedates leucomystax
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan  :   Animalia
Filum       :   Chordata
Kelas       :   Amphibia
Ordo        :   Anura
Famili      :  Rhacophoridae
Genus      :  Polypedates (Tschudi, 1838)
Spesies    :  Polypedates leucomystax
Bufo asper umumnya berwarna gelap hijau, hitam atau cokelat, dan sangat tertutup tuberkel. Kodok buduk sungai ini bisa tumbuh hingga panjang lebih dari 8,5inci (22 cm). Kadang-kadang disebut sebagai Toad Sungai, adalah kodok besar asli Asia Tenggara. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain selain toad sungai yaitu kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad. Klasifikasi dari Bufo asper ini adalah :
Kingdom                     : Animalia
Pilum                           : Chordata
Kelas                           : Amphibia
Ordo                            : Anura
Family                         : Bufonidae
Genus                          : Bufo
Spesies                        : Bufo asper, Gravenhorst, 1829
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan yaitu sebagai berikut : deskripsi bagian tubuhnya yaitu kepala berwarna coklat, bentuk kepala meruncing, kelenjer paratoid oval, tympanum berbentuk bulat hitam, punggung hitam berbintil memiliki tuberkel halus, paha hitam berbintil tidak memiliki ekstremitas, perut tidak buncit, tidak ada dorsolateral fold, procesus odontoid dan scapular marking, terdapat 4 phalanges tutupan selaput renang.
Menurut Iskandar (1998), Bufo asper mempunyai ciri badan besar dan gemuk, supraorbitalnya sedikit lebih besar dan berhubungan dengan bagian tengah subtympani dengan tympanum jelas dan paratiroid sangat menonjol  yang sesuai dengan literature.
Menurut Van Kampen (1923), bahwa habitat Bufo asper umumnya dijumpai sepanjang sungai yang lebar sampai anak sungai dengan lebar 2 meter. Bahkan dijumpai di sekitar air terjun, hidup dari hutan skunder sampai hutan primer, hutan dataran rendah sampai pegunungan.Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa.Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur.
Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman.Sisi bawah berbintik hitam.Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki (Iskandar,1998)
Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas.Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan;kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama.
Berikut ini adalah klasifikasi dari  Rana chalconota:
Kingdom                     : Animalia
Pilum                           : Chordata
Subpilum                     : Vertebrata
Kelas                           : Amphibia
Ordo                            : Anura
Family                         : Ranidae
Genus                          : Rana
Spesies                        : Rana chalconota  (Zipcodezoo, 2009)
Katak berukuran kecil sampai sedang. Kaki panjang dan ramping. Jari kaki berselaput penuh sampai ke ujung dan paha bagian bawah berwarna kemerahan. Bibir berwarna putih. Kulit biasanya berwarna abu-abu kehijauan sampai coklat kekuningan. Tekstur kulit relatif tertutup oleh bintil-bintil yang sangat halus.
Bufo melanostictus (Kodok puru)



      
      Kodok puru (Bufo melanostictus) adalah spesies kodok yang umum di Asia Selatan.Spesies tumbuh hampir 20 cm. Keturunan spesies selama musim hujan dan kecebong hitam.Kodok muda dapat dilihat dalam jumlah besar setelah musim hujan.Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia, hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.       
          Klasifikasi dari Bufo melanostictus ini adalah :
Kingdom                     : Animalia
Pilum                           : Chordata
Subpilum                     : Vertebrata
Kelas                           : Amphibia
Ordo                            : Anura
Family                         : Bufonidae
Genus                          : Bufo
Spesies                        : Bufo melanostictus, Schneider, 1799.
          Dari praktikum yang telah dilakukan untuk deskripsi bagian tubuhnya yaitu kepala berwarna coklat, bentuk pada kepala tumpul, kelenjer paratoid bentuknya sedikit melonjong, tympanum berbentuk oval, punggung memiliki tuberkel kasar, perut buncit, tutupan selaput renang memiliki 4 phalanges, tidak memiliki dorsolateral fold, processus odontoid, ekstremitas pada paha dan scapular marking.
         Menurut Iskandar (1998), kodok ini mempunyai garis supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal.Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman.Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek.
         Iskandar (1998) menyatakan nama lokal untuk spesies ini adalah kodok puru, penamaan tersebut berdasarkan adanya benjolan-benjolan hitam yang tersebar di bagian atas tubuh. Habitat dari kodok ini selalu dekat hunian manusia , tidak terdapat di hutan hujan tropis atau hutan primer. Persebarannya di kawasan Ekosistem Leuser, Aceh singkil, Medan, Belawan, Bukit Lawang, Langkat, Jawa, Kalimantan, Gunung Batak, dan Cina Selatan sampai Semenanjung Malaka dan Pilipina.
        Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar.Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman.Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk.Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman.Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan.Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar.Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan (Anonimous, 2011).
         Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah.Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh.Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor.Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama.Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi. Bunyinya: rrrk, ..rrrk, atau ...oorek-orek-orek-orekk !riuh rendah (Anonimous, 2011).
          Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam.Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina (Anonimous, 2010).
        Nampaknya kodok ini memiliki asosiasi yang erat dengan lingkungan hidup manusia.Dari waktu ke waktu, bangkong kolong terus memperluas daerah sebarannya mengikuti aktivitas manusia.Iskandar (1998) mencatat bahwa kodok ini tak pernah terdapat di dalam hutan hujan tropis.

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kelompok ordo Anura berupa bangsa katak diantaranya Polypedates leucomystax Rhacophorus reinwardtii dan Rana chalconota, sedangkan bangsa kodok meliputi Bufo Asper dan Bufo melanosticus.
2.      Deskripsi berudu mata di bagian lateral, tipe ekor saddied, tipe vent dextral vent, ekor pipih berselaput, tipe spirakel sinistral (di sebelah kiri tubuh),  warna kecoklatan, ukuran  kecil, rumus geligi I + 3-3 / III , paruh  lebar, tipe paruh medium, pelebaran paruh marginal, bentuk tepi mulut emarginated.
DAFTAR REFERENSI
Anwar, Anik.1988. Ringkasan Biologi.Bandung : Ganeca exact bandung.
Dinesh, K.P ., C. Radhakrishnan, K.V . Gururaja and G . Bhatta.2009. An annotated checklist of Amphibia of Indiawith some insights into the patterns of speciesdiscoveries, distribution and endemism. Records of Zoological Survey of India, Occasional Paper. 1 (302).
Das, I and S. Dutta. 2006. New Species of  Polypedates (Anura: Rhacophoridae) from the  Western Ghats, Southwest India.  Journal of Herpetology. 40(2):214-220.

Hadi, S. 2001. Avertebrata dan Vertebrata .Jakarta: Erlangga.

Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, seri Panduan Lapangan. Puslitbag Biologi-LIPI.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya.
Mayr, Ernest. 1969. Principles Of Systematic Zoologi. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company.
Van Kampen, P.N. 1923. The Amphibia of Indo-Australian Archipelao. Leiden.


1 comment:

  1. apakah katak bangkong aman untuk di pelihara? dan makanan katak bangkong apa?

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan komentar untuk perbaikan kedepannya agar lebih baik