Wednesday 24 August 2016

Makalah Tutorial Herpetologi Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela

Makalah Tutorial Herpetologi
Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela




Makalah Tutorial Herpetologi Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela




 













Oleh :
          Nama                 : M Nuruzzaman
 NIM                   : B1J013050
               Kelas                  : B                              















KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016


PENDAHULUAN


          Amfibi merupakan kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan (Hadi, 2001).
        Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap (Anwar, 1988).
         Sampai saat ini tercatat sekitar 50 spesies sesilia yang termasuk dalam ordo Gymnophiona. Sesilia dicirikan denga bentuk tubuh panjang mirip cacing dan kebanyakan ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Selatan. Alih-alih menyerupai bentuk amfibi pada umumnya, sesilia memiliki bentuk tubuh mirip belut atau cacing tanah. Sesilia hidup di bawah tanah dan di air serta memiliki tengkorak kuat yang memungkinkan mereka menggali jauh ke dalam tanah. Hidup di dalam tanah membuat sesilia jarang terlihat. Sesilia memiliki mata yang hampir tidak berfungsi, hanya seperti titik pada kepala.
       Urodela merupakan ordo dari classis Amphibia yang memiliki sekitar 500 spesies tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Urodela juga dinamakan sebagai Caudata. Istilah ‘Caudata’ berasal dari kata Latin Cauda yang berarti ekor. Ini menyiratkan bahwa spesies di bawah kategori ini memiliki ekor. Ekor Caudata hampir sama dengan panjang tubuh, dan pada beberapa spesies seperti Oedipina, memiliki ekor yang sangat panjang. Ekor yang berkembang baik memungkinkan Caudata berenang dengan baik pula. Urodela/Caudata juga memiliki empat kaki yang digunakan untuk berjalan dengan pengecualian sirene yang tidak memiliki kaki belakang. Berbeda dengan Anura, spesies ini tidak dapat melompat melainkan hanya dapat berjalan. Caudata bervariasi dalam ukuran. Andrias davidanius merupakan Caudata dengan ukuran mencapai 1,8 meter dan merupakan amfibi terbesar. Salamander, kadal air, waterdogs, mudpuppies, sirene, dan amphiuma adalah contoh spesies dalam ordo Urodela.




























PEMBAHASAN


Ordo Gymnophiona

         Gymnophiona terdiri dari hewan-hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang dan juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hábitat tropis. Sebagian besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di bawah tanah atau di dalam air sehingga cukup sulit untuk dipelajari (Pough et al., 1998).
          Nama lain dari Gymnophiona adalah Apoda/Caecilian. Istilah Apoda berasal dari kata ”a” berarti ”tidak” dan ”poda” yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki tympanum, extremitasnya mereduksi dan memiliki mata yang kecil sekali tertutup oleh kulit atau tulang serta paru-paru kiri biasanya mereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip sekali dengan cacing. Bedanya yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan sepasang tentakel kecil. Tentakel terletak diantara mata dan nostril yang berfungsi sebagai alat sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah meliang didalam tanah lembek atau didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada yang diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan memiliki alat kopulasi. Embrio Gymnophiona memiliki insang external. Gymnophiona tersebar di Borneo, Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama yang dipakai utama untuk identifikasi Gymnophiona antara lain: jumlah annuli, jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).
            Ordo ini terdapat 33 genera dan sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya antara lain tubuh memanjang, tidak berkaki, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah. Apoda memiliki ekor kecil atau sama sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang mereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung (Bonine et al., 2004).
          Gymnophiona memiliki warna coklat atau biru keunguan. Gymnophiona tidak semua memiliki garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Klasifikasi Ordo Gymnophiona:
Kingdom         : Animalia
Philum : Chordata
Class    : Amphibia
Order   : Gymnophiona
Family : Ichthyophiidae
            Caeciliidae
            Ordo Gymnophiona terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis. Amfibi anggota ordo Gymnophiona yang hidup di Indonesia (pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat 2 famili, yaitu:
Family Caeciliaidae
         Family Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).
          Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al., 1998).
Family Ichthyophiidae
       Spesies-spesies dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).
        Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998). Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
         Beberapa jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di Indonesia antara lain:
Indonesia Caecilian (Ichthyophis bernisi)
Billiton Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
Elongated Caecilian (Ichthyophis elongatus)
Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
Java Caecilian (Ichthyophis javanicus)
Black Caecilian (Ichthyophis monochrous)
Kapahiang Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
Yellow-banded Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
Sumatra Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
Ordo Urodela
      Urodela merupakan salah satu ordo dari class Amphibia. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
       Contoh dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara umum morfologinya mirip kadal, tetrapoda dan berekor panjang. Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari pada bagian depan dan 5 jari pada bagian belakang (seperti amphibi pada umumnya). Memiliki kulit yang lembab membuat salamander lebih suka hidup ditempat yang tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang basah.  Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl) saat berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies aquatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
      Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Reproduksi Urodela
Sistem Genitalia Jantan
      Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
      Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009).
Sistem Genitalia Betina
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.

Pembuahan Eksternal

        Sistem reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal.
















































DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A.1988. Ringkasan Biologi. Bandung : Ganeca exact bandung.
Hadi, S. 2001. Avertebrata dan Vertebrata .Jakarta: Erlangga.
Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131.
Anton. 2009. Biology. Academic Press. London, Pp: 336 - 345.

Silahkan download Makalah lengkapnya DISINI

Download Lagu dan Lirik Sholawat Padang Bulan Habib Syekh





Padang bulan, padange koyo rino.
Rembulane sing ngawe-awe
Ngelengake, ojo turu sore.
[E... Kene tak critani, kanggo sebo mengko sore]

Lamun wong tuwo, lamun wong tuwo kliru ngimpine…
Alamat bakal, alamat bakal getun mburine…

Wong tuwo loro kundur ing ngarso pengeran…
Anak putune rame-rame rebutan warisan…

Wong tuwo loro ing njero kubur anyandhang susah…
Sebab mirsani putra putrine ora ibadah…

Wong tuwo loro ing njero kubur anyandhang susah…
Sebab mirsani putra putrine do pecah belah…
Kang den arep-arep yoiku turune rohmah…
Jebul kang teko, jebul kang teko nambahi fitnah…

Iki dino ojo lali lungo ngaji, Takon marang kyai guru kang pinuji…
Iki dino ojo lali lungo ngaji, Takon marang kyai guru kang pinuji…
Enggal siro ora gampang kebujuk setan…
Insyaallah kito menang lan kebejan…

Jaman kepungkur, ana jaman jaman buntutan
Esuk-esuk, rame-rame luru ramalan
Gambar kucing, dikira gambar macan
Bengi diputer, Bengi puter metu wong edan

Kurang puas, Kurang puas luru ramalan
Wong ora waras 2X dadi takonan
Kang ditakoni, ngguyu cekaka’an
Jebul kang takon 2x wis ketularan

Karepe ratu, Karepe ratu methune pethel
terus ngguya ngguyu najan atine ronte
metu jimpil mung plompang plompong
direwangi munggah gunung
wira wiri akhire dlombong

Mumet gundule, Mumet gundule mung ngyowang ngyawang
enthek kantonganne banjur ngedhol bati sak kandang
bojo loro mikir jaluk kerok-an
sodrone setres , tungkrang tungkrong
mung ingkrang ingkrang.


habib syekh bin abdul qodir assegaf
Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf