CLASSIS AMPHIBIA
Oleh :
Nama : M Nuruzzaman
NIM :
B1J013050
Rombongan :
II
Kelompok : 1
Asisten :
Kamilah Dwi Septiani
LAPORAN PRAKTIKUM HERPETOLOGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar
suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang
mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud
dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya
warna tubuh yang kelihatan dari luar (Jasin, 1989).
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki
anggota yang cukup besar dan paling dikenal.Tubuh dibagi menjadi tiga bagian
yang cukup jelas yaitu kepala, badan, dan ekor.Kepala dengan rangka dalam,
cranium, di dalamnya terdapat otak, karena mempunyai cranium. Vertebrata
terbagi menjadi enam kelas, yaitu kelas Cyclostomata, kelas Pisces, Kelas
Amfibi, kelas Reptilia, kelas Aves, dan kelas Mamalia (Anwar, 1988).
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya
3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin.
Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri.Untuk itu, amfibi
memerlukan matahari untuk menghangatkan badan.Awalnya amfibi mengawali hidup di
perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang.Seiring dengan
pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan
di atas daratan (Hadi, 2001).
Amfibi
dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang
berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah
berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi
dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka
membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan
hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki
sumber air tetap. Anggota amphibia terdiri dari 4
ordo yaitu Apoda contohnya Caecilia, Urodela contohnya Salamander, dan Anura contohnya katak
dan kodok (Anwar, 1988).
B. Tujuan
1.
Mengenal beberapa jenis berudu anggota ordo Anura.
2.
Mempelajari karakter penting dalam identifikasi berudu.
3.
Mengenal beberapa anggota ordo Anura.
4.
Mempelajari karakter penting dalam identifikasi anggota
ordo Anura.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak
tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat.Amphibia berasal
dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena
itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu
di darat dan di air. Amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan
siklus hidup kedua adalah di daratan. Fase berudu amphibi hidup di perairan dan
bernafas dengan insang. Fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Fase dewasa
hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.Fase dewasa amphibi bergerak
dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan
dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama
kelamaan menghilang (Anwar, 1988).
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Beberapa
bagian dari tractus digestoria mempunyai struktur dan ukuruan yang berbeda.
Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh
air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Mulai dari cavum
oris makanan akan melalui pharynx, oesophagues yang menghasilkan sekresi
alkalis (basis) dan mendorong makanan masuk dalam fentriculus yang berfungsi
sebagai gudang percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar disebut
cardiarc, sedangkan bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi
dinding otot ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur dengan
sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan
katalisator. Tiap-tiap enzim merubah sekelompok zat makanan manjadi ikatan-ikatan
yang lebih sederhana (Dinesh et al.,
2009).
Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu atrium kiri, atrium kanan,
dan ventrikel. Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh
tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru-paru. Ginjal amphibi sama
dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang
berlebih. Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi
intern yang disebut hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas
tubuh, merangsang, baik yang bersifat mengaktifakan atau mengerem pertumbuhan,
mengaktifakan bermacam-macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku
mahluk (Anwar, 1988).
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura
pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Reproduksi eksternal dilakukan pada air dengan keadaan yang tenang dan
dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut
dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh
betina agar mengeluarkan sel telurnya (Das and Dutta, 2006).
Amphibi
dikelompokkan menjadi Caudata, Gymnophiona, dan Anura. Ordo Gymnophiona
mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga
disebut Apoda.Tubuh menyerupai cacing yaitu gilig, bersegmen, tidak bertungkai,
dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi,
tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai
fotoreseptor. Bagian
anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Fase larva hidup dalam air dan
bernafas dengan insang. Fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik..
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae (Mayr, 1969).
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae (Mayr, 1969).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum Classis Amphibia adalah bak preparat, lateks, pinset, millimeter block dan alat tulis.
Bahan-bahan yang di gunakan adalah Rachoporus
renwardtii, Rana calconata, Polypedates leucomistax, Bufo asper, Bufo
melanosticus.
B.
Metode
Metode
yang dilakukandalampraktikumantara lain:
A. Pengamatan Spesimen Berudu
1. Menyiapkan mikroskop stereo dan
cawan petri.
2. Berudu dikeluarkan dari botol dengan
pinset secara hati-hati, kemudian diletakkan pada cawan petri.
3. Mengamati berudu dengan
mikroskop stereo dan difoto (jika perlu).
4. Informasi dicatat pada buku dan
dicocokkan pada kunci identifikasi yang ada.
B. Pengamatan Spesimen Ordo Anura
1. Spesimen katak diletakkan pada
kertas millimeter, kemudian diambil beberapa foto (dorsal, ventral).
2. Spesimen diukur SVL dan diamati
beberapa karakter, antara lain: postur tubuh, corak warna, (specimen hidup),
karakter kepala, tungkai jari.
BAB IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Data morfometri berudu dari
akuarium
Keterangan
|
Ukuran
|
BH (Maximum body height)
|
0,6 cm
|
BW (Maximum body weight)
|
0,9 cm
|
DPG (Length in transversal plan of dorsal papillae)
|
-
|
ED (Maximum eye diameter)
|
0,2 cm
|
HT (Maximum tail height)
|
0,8 cm
|
LF (Maximum height of lower tail fin)
|
0,4 cm
|
UF (Maximum height of upper tail fin)
|
0,3 cm
|
TL (Total length)
|
4,2 cm
|
SVL (Snout-vent length)
|
1,8 cm
|
VT (distance from opening of vent-tip of tail)
|
2,4 cm
|
SS (distance from tip of snout-opening of spiracle)
|
0,8 cm
|
SU (distance from tip of snout-insertion of upper tail fin)
|
1,5 cm
|
NN (Internarial distance )
|
0,3 cm
|
NP (naro-pupillar distance)
|
0,4 cm
|
PP (Interpupillar distance)
|
0,6 cm
|
RN (Rostro-narial distance)
|
0,2 cm
|
Deskripsi berudu:
Tipe mata : Mata di bagian
lateral
Tipe ekor : Saddied
Tipe vent : Dextral vent
Ekor : Pipih
berselaput
Tipe spirakel : Sinistral (di sebelah kiri tubuh)
Warna : Kecoklatan
Ukuran :
Kecil
Rumus geligi : I + 3-3 / III
Kerahrak paruh : Lebar
Tipe paruh : Medium
Pelebaran paruh : Marginal
Bentuk tepi mulut: Emarginate
B. Pembahasan
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rhacophoridae
Genus : Rhacophorus;
Spesies : Rhacophorus reinwardtii;
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rhacophoridae
Genus : Rhacophorus;
Spesies : Rhacophorus reinwardtii;
Katak
ini merupakan katak pohon berukuran kecil sampai sedang yang berwarna hijau
dngan sebagian samping, bagian bawah, kaki depan dan kaki belakang berwarna
kuning sampai jingga. Tekstur kulit umumnya halus dan mengkilat. Jari kaki
depan dan belakang berselaput dengan ujung jarinya membesar.
Polypedates
leucomystax
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rhacophoridae
Genus : Polypedates (Tschudi, 1838)
Spesies : Polypedates leucomystax
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rhacophoridae
Genus : Polypedates (Tschudi, 1838)
Spesies : Polypedates leucomystax
Bufo asper umumnya
berwarna gelap hijau, hitam atau cokelat, dan sangat tertutup tuberkel. Kodok
buduk sungai ini bisa tumbuh hingga panjang lebih dari 8,5inci (22 cm).
Kadang-kadang disebut sebagai Toad Sungai, adalah kodok besar asli Asia
Tenggara. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain selain toad sungai yaitu
kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris
disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad. Klasifikasi dari Bufo
asper ini adalah :
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo asper,
Gravenhorst, 1829
Dari praktikum yang telah
dilakukan didapatkan yaitu sebagai berikut : deskripsi bagian tubuhnya yaitu
kepala berwarna coklat, bentuk kepala meruncing, kelenjer paratoid oval,
tympanum berbentuk bulat hitam, punggung hitam berbintil memiliki tuberkel halus,
paha hitam berbintil tidak memiliki ekstremitas, perut tidak buncit, tidak ada
dorsolateral fold, procesus odontoid dan scapular marking, terdapat 4 phalanges
tutupan selaput renang.
Menurut Iskandar (1998), Bufo
asper mempunyai ciri badan besar dan gemuk, supraorbitalnya sedikit lebih
besar dan berhubungan dengan bagian tengah subtympani dengan tympanum jelas dan
paratiroid sangat menonjol yang sesuai
dengan literature.
Menurut Van Kampen (1923), bahwa
habitat Bufo asper umumnya dijumpai sepanjang sungai yang lebar sampai anak
sungai dengan lebar 2 meter. Bahkan dijumpai di sekitar air terjun, hidup dari
hutan skunder sampai hutan primer, hutan dataran rendah sampai
pegunungan.Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke
Sumatra, Kalimantan dan Jawa.Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di
Jawa Timur.
Kodok buduk yang besar, tidak
gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol
besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke
anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua kusam,
keabu-abuan atau kehitaman.Sisi bawah berbintik hitam.Jantan biasanya dengan
kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki
(Iskandar,1998)
Bangkong yang sering ditemui di
dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas.Terkadang
didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam
(nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik
bebatuan;kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.Kodok
jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama.
Berikut ini adalah klasifikasi dari
Rana chalconota:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana chalconota (Zipcodezoo, 2009)
Katak berukuran kecil sampai
sedang. Kaki panjang dan ramping. Jari kaki berselaput penuh sampai ke ujung
dan paha bagian bawah berwarna kemerahan. Bibir berwarna putih. Kulit biasanya
berwarna abu-abu kehijauan sampai coklat kekuningan. Tekstur kulit
relatif tertutup oleh bintil-bintil yang sangat halus.
Kodok puru (Bufo melanostictus) adalah spesies kodok yang umum di Asia Selatan.Spesies tumbuh hampir 20 cm. Keturunan spesies selama musim hujan dan kecebong hitam.Kodok muda dapat dilihat dalam jumlah besar setelah musim hujan.Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia, hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
Klasifikasi dari Bufo melanostictus ini adalah :
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo melanostictus,
Schneider, 1799.
Dari praktikum yang telah dilakukan
untuk deskripsi bagian tubuhnya yaitu kepala berwarna coklat, bentuk pada
kepala tumpul, kelenjer paratoid bentuknya sedikit melonjong, tympanum
berbentuk oval, punggung memiliki tuberkel kasar, perut buncit, tutupan selaput
renang memiliki 4 phalanges, tidak memiliki dorsolateral fold, processus
odontoid, ekstremitas pada paha dan scapular marking.
Menurut Iskandar (1998), kodok
ini mempunyai garis supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan
supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal.Bagian punggung bervariasi
warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai
kehitaman.Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Tanpa
selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek.
Iskandar (1998) menyatakan nama
lokal untuk spesies ini adalah kodok puru, penamaan tersebut berdasarkan adanya
benjolan-benjolan hitam yang tersebar di bagian atas tubuh. Habitat dari kodok
ini selalu dekat hunian manusia , tidak terdapat di hutan hujan tropis atau
hutan primer. Persebarannya di kawasan Ekosistem Leuser, Aceh singkil, Medan,
Belawan, Bukit Lawang, Langkat, Jawa, Kalimantan, Gunung Batak, dan Cina
Selatan sampai Semenanjung Malaka dan Pilipina.
Kodok berukuran sedang, yang
dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar.Bangkong jantan panjangnya (dari
moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras
menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan
belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya
berwarna kehitaman.Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar
panjang terdapat di atas tengkuk.Bagian punggung bervariasi warnanya antara
coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman.Ada pula yang
dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan.Terdapat
bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Sisi bawah tubuh putih
keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar.Telapak tangan dan kaki dengan warna
hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang
yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan
(Anonimous, 2011).
Bangkong kolong paling sering
ditemukan di sekitar rumah.Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari
persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada
waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh.Terkadang, tempat
persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil;
sampai 6-7 ekor.Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang,
atau belumbang, sering pada malam bulan purnama.Kodok jantan mengeluarkan suara
yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali
sampai pagi. Bunyinya: rrrk, ..rrrk, atau ...oorek-orek-orek-orekk !riuh rendah
(Anonimous, 2011).
Pada saat-saat seperti itu,
dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin
bersamaan di satu kolam.Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di
antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh
lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung
betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa
bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan
jantan, atau luka di ketiak hewan betina (Anonimous, 2010).
Nampaknya kodok ini memiliki
asosiasi yang erat dengan lingkungan hidup manusia.Dari waktu ke waktu,
bangkong kolong terus memperluas daerah sebarannya mengikuti aktivitas
manusia.Iskandar (1998) mencatat bahwa kodok ini tak pernah terdapat di dalam
hutan hujan tropis.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil
dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Kelompok
ordo Anura berupa bangsa katak diantaranya Polypedates leucomystax Rhacophorus reinwardtii dan Rana chalconota, sedangkan
bangsa kodok meliputi Bufo Asper dan Bufo melanosticus.
2.
Deskripsi berudu mata di bagian lateral, tipe ekor saddied, tipe vent dextral vent, ekor pipih
berselaput, tipe spirakel sinistral (di
sebelah kiri tubuh), warna kecoklatan,
ukuran kecil, rumus geligi I + 3-3 / III
, paruh lebar, tipe paruh medium,
pelebaran paruh marginal, bentuk tepi mulut emarginated.
DAFTAR REFERENSI
Anwar, Anik.1988. Ringkasan
Biologi.Bandung : Ganeca exact bandung.
Dinesh, K.P ., C.
Radhakrishnan, K.V . Gururaja and G . Bhatta.2009. An annotated checklist of
Amphibia of Indiawith some insights into the patterns of speciesdiscoveries,
distribution and endemism. Records of
Zoological Survey of India, Occasional Paper. 1 (302).
Das, I and S. Dutta. 2006. New Species of Polypedates (Anura: Rhacophoridae) from
the Western Ghats, Southwest India. Journal
of Herpetology. 40(2):214-220.
Hadi, S. 2001. Avertebrata
dan Vertebrata .Jakarta: Erlangga.
Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan
Bali, seri Panduan Lapangan. Puslitbag Biologi-LIPI.
Jasin, M. 1989. Sistematika
Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya.
Mayr, Ernest. 1969. Principles Of Systematic Zoologi. New
Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing Company.
Van Kampen, P.N. 1923. The Amphibia of Indo-Australian Archipelao. Leiden.