Wanita
Sebagai lelaki yang tidak menyalahi kodrat, saya pun berencana akan menikah. Tentu dengan seorang wanita yang berada di samping saya saat ini ya macak duwe pacar lah hhhh Action sahabat. Lanjut kata, Perkara jodoh dan kriteria wanita, setiap lelaki memang memiliki standar tersendiri. Namun saya meyakini, sebagai bangsa timur-Bangsa Indonesia khususnya-tentunya secara garis besar ada hal yang sama dalam kriteria wanita idaman. Misalnya saja jika seorang lelaki dibesarkan dalam sebuah keluarga lengkap dan harmonis, setidaknya seorang ibu keluarga tersebut menjadi "contoh personal" seorang lelaki dalam memilih jodohnya.
Perihal wanita idaman bagi lelaki memang tak bisa lepas daria spek sosiologis. Begitu pula sebaliknya. Namun yang terjadihari ini adalah pergeseran pola pikir dan karakter seseorang yang mungkin tidak lagi mencerminkan adat ketimuran. Bagi saya yang seorang lelaki dan bangsa asli pribumi, jujur saja saya mengidamkan wanita yang berkarakter juga wanita pribumi. Ada sebuah karakter yang begitu terlihat bergeser, yang mungkin sedikit bergeser yani wanita yang pasif. Pasif disini bukan dalam arti aktivitas sosial, religi ataupun akademik. Namun pasif dalam urusan perasaan terhadap lawan jenis.
Selain itu, merebaknya sosial media saya kok merasa risih dengan aktivitas wanita yang telah bersuami yang sedikit lebai dengan sedikit-sedikit mengunggah foto dan membuat status mengenai aktivitas keseharian keluarga. Bukan hanya akan menyiksa manusia jomblo lainnya, tapi kok terasa aneh dengan lebainya menceritakan aktivitas anak, suami dan dirinya. Geli saja. Boleh jika foto dan status itu mengandung manfaat, tapi kalau hal-hal yang tidak penting kok ya terasa aneh. Namun ini sebenarnya memang banyak terjadi pada penduduk duniamaya. Baik itu pria, wanita, tua, muda dsb. Tapi, bukankah seharusnya wanita timur itu cenderung pemalu mengenai aktivitasnya? Apalagi yang bersifat privasi, terasa lebay dan tidak ada manfaatnya. Ustad Sosmed memang warbyasssahasunya dalam mengubah karakter sebuah bangsa.
Memang perkara rumit jika berbicara perasaan tiap personal. Bahwasanya benar jika tiap personal memiliki karakter berbeda antara satu dengan lainnya. Namun kembali lagi, bahwa ada karakter bangsa kita yang menjadi ciri khas akibat bentuk kebudayaan dan menjadikan tiap bangsa memiliki keunikan dalam pola pikir, relasi sosial dan gaya hidup. Kepasifan dalam hal urusan perasaan tentu adalah salah satu ciri khas bangsa kita. Namun bukan berarti seperti zaman siti nurbaya. Seorang wanita Indonesia tetap berhak mencintai pria yang ada dalam hatinya. Namun saya kok merasa tidak elok sekali jika wanita tersebut sangat agresif mendekati seorang lelaki dengan cara terang-terangan mengajak ketemu ataupun mendekati keluarganya, ketika seorang pria yang belum jelas mencintainya atau tidak.
Saya tidak hendak mengadakan bahtsul masail mengenai hukum pacaran dan sejenisnya. Bagi saya itu urusan personal. Jika ada yang berpendapat bahwa bukan jamannya lagi seorang wanita mengungkapkanperasaan, saya sepakat. Namun yang terasa kurang elok, ya itu tadi. Entah mengapa saya terasa kurang sepakat apabila seorang wanita yang melakukan pendekatan. Bagi saya, pendekatan hanya kodrat lelaki. Namun menyatakan perasaan cinta adalah hak kedua belah pihak. Agak mbulet? Namanya juga rasa. Tetap kokoh jangan goyah dalam mengikuti alur tulisan ini.
Ada seorang teman pernah bercerita kepada saya mengenai lika-liku cintanya. Ia awalnya sedikit memperhatikan seorang wanita yang sedikit menarik hatinya. Namun lambat laun entah apa yang terjadi perasaan suka yang terjadi pada dirinya mulai berubh menjadi sedikit curiga. Kecurigaan itu terkait posisi dan ketokohan keluarga si lelaki teman saya itu. Kecurigaan itu bermula dari agresifnya si wanita mendekatinya dengan cara-ara yang saya sebutkan diatas ketika si wanita mengetahui si lelaki sedikit mrmperhatikannya. Maka tidak mungkin pula kedepannya si pria menjadi"ilfeel"alias ilang feeling atawa hilangnya perasaan suka yang terjadi di awal.
Sebagai bangsa yang menempati "dunia timur", diakui atau tidak kita memiliki aturan yang jauh lebih rumit daripada bangsa dari barat. Tatanan sosial, pola pikir dan gaya hidup itu pun harus mengalami pergeseran sejak era teknologi dan informasi mulai mengglobal. Bagaimanapun kuta adalah bangsa timur. Ada perbedaan karakter yang cukup jelas antara wanita timur dan wanita barat. Terutama dalam hal sikap ketika tertarik dalam lawan jenis. Jika wanita barat dengan terang-terangan akan mendekati begitu agresif tanpa babibu ketika tertarik pada lelaki, tapi tidak bagi wanita timur. Cukup ketertarikannya dengan simbol muka bersemu merah, menunduk tapi tersenyum dan tersipu malu ketika berjumpa lelaki yang dicintainya namun belum ada ikatan khusus diantara keduanya. Untuk dapat menulis analisis beginian, anda perlu tapa jomblo 10 tahun dan ditolak cinta 327 kali. Hehehe.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar untuk perbaikan kedepannya agar lebih baik