Monday, 21 August 2017

Selamat Datang Mahasiswa Baru (1)



Oleh: Eko Prasetyo




Mahasiswa, kau ingin jadi apa? Pengacara, untuk mempertahankan hukum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik, dan waktu istirahat kepada mereka yang memangsa kaum miskin? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah? Lihatlah di sekelilingmu dan periksa hati nuranimu. Apa kau tak mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda: untuk bersekutu dengan kaum tertindas, dan bekerja untuk menghancurkan sistem yang kejam ini?

(Victor Serge, Bolshevik)

SELAMAT datang di kampus impianmu. Tempat yang akan menemanimu dalam waktu yang tak lama. Jika dulu aku habiskan kuliah cukup lama, kini waktu kuliah singkat saja. Ada yang menjalaninya hanya 3 tahun dan ada yang 4 tahun. Malahan ada yang 3 setengah tahun. Mirip lomba, kuliah membuatmu memandang teman seperti lawan. Mula-mula pada soal penampilan dan lama kelamaan dalam hal prestasi. Terlebih kampus sekarang ini suka sekali memamerkan mahasiswa yang jadi juara. Juara apa saja: menulis, meneliti, pidato, lomba debat hingga stand up comedy. Seakan kampus serupa dengan medan laga dimana tiap anak muda harus siap bertarung: kalah atau menang. Tapi apapun yang terjadi percayalah kampus adalah tempatmu untuk menguji mimpi dan nyali.

Jangan percaya kalau jadi sarjana itu tujuan utamanya. Tak ada yang istimewa dari acara wisuda. Berjejer rapi lalu digeser toga kemudian foto bersama keluarga. Sungguh itu adegan yang menjemukan dan tak layak untuk dirindukan. Terlebih, jangan meyakini bahwa IP (indeks prestasi) tinggi itu segalanya. Kampus beda dengan SD dimana yang bernilai tinggi selalu dapat pujian. Sudah banyak kepercayaan kalau IP tinggi tak menjamin segalanya. Tengok saja banyak tokoh, para penemu hingga aktor yang kuliahnya pernah gagal tapi karirnya gemilang. IP itu hanya perkakas kuliah yang diperebutkan dengan tenaga seadanya saja. Jangan terlampau berburu, sama halnya juga jangan terlalu meremehkan. Ringkasnya, kuliah tak hanya berpusat pada apa yang ada di bangku dan apa yang dikatakan oleh dosenmu.

Itu sebabnya biarkan petualangan membawamu ke sana kemari. Kampus memberi kamu pengalaman yang tak dapat kamu peroleh di mana-mana. Diantaranya adalah organisasi. Sangkar yang indah dan memikat untuk anak muda yang berani. Dilatih di sana kamu untuk melawan apa yang memang sepatutnya kita lawan. Memusuhi korupsi, pelanggaran hak asasi manusia hingga membela mereka yang ditindas. Disanalah kamu dilatih memimpin, peduli dan melindungi. Tak ada mata kuliah satupun yang bermuatan itu semua. Di organisasi pintu untuk mendapatkan pengetahuan mengenai itu. Maka jangan ragu-ragu untuk masuk ke dalamnya. Jangan kuatir karena disanalah kamu akan tersesat di jalan yang benar. Walau kamu tak dijanjikan IP tinggi atau menang lomba, tapi kamu memiliki pengalaman yang lebih berharga ketimbang jadi juara.

Tak sedikit orang yang punya pengalaman organisasi kini menikmati kenangan manis. Kenangan ketika memprotes tindakan aparat, menentang keputusan yang tak adil dan membangkang pada kebijakan yang merugikan. Bukan hanya kenangan tapi mereka menuai hasil yang sepadan: lebih berani mengambil posisi, tak gampang berkhianat pada pendirian dan menghargai kebebasan mengemukakan pandangan. Walau tak sedikit pula yang melacurkan keyakinan.

Setidaknya, organisasi membimbing keyakinan untuk percaya kalau kebenaran itu bukan retorika kosong. Dan kebenaran juga akan memberi kamu semangat untuk mencurigai semua kepalsuan. Itu sebabnya organisasi adalah kuliah yang sesungguhnya. Kamu bukan diajarkan untuk meraih prestasi, tapi kamu dibimbing untuk memahami bahwa dasar hidup itu adalah solidaritas dan kepedulian. Dasar hidup itu yang akan membawamu pada keyakinan untuk selalu memihak ketika ada lapisan yang dizalimi dan tak mudah buatmu untuk membenarkan tiap putusan yang bawa binasa. Hanya organisasi yang meyadarkanmu kalau hidup itu tak bisa dilalui seperti binatang: kawin, beranak, cari makan, dan mati.

Tapi tak mudah berbagi kepercayaan ini padamu. Kampus telah membujukmu untuk kuliah dengan sandaran harapan nilai serta gelar. Dengan bujukan itulah kamu dikejar-kejar untuk lekas jadi sarjana, ketika kuliah bisa sambil kerja dan saat kuliah dapat raih prestasi. Keyakinan itu ditanam pula oleh orang tuamu. Sedikit orang tua yang mengantar anak kuliah agar dirinya bisa hidup dalam perahu gerakan. Lebih-lebih biaya kuliah yang terus naik membuat kamu berfikir seperti kalkulator: jumlahkan, kalikan dan hasilnya harus sama. Kalau bisa lebih besar.

Itu sebabnya kamu diajarkan bagaimana ilmu kesuksesan dalam hidup bukan petualangan dalam melawan badai kehidupan. Training motivasi diulang di mana-mana dengan kesadaran bahwa optimisme dan percaya diri modal untuk semua. Juga training wirausaha dilakukan di mana-mana dengan harapan kamu bisa raih uang sejak dini. Seolah-olah kampus memang maunya menghasilkan jutawan, orang terkenal dan punya banyak pendapatan. Sejak itulah kampus lalu merias dirinya dengan fasilitas yang kadang berlebihan. Kamu tak lagi berada di taman pengetahuan tapi taman hiburan.


0 komentar:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar untuk perbaikan kedepannya agar lebih baik